Banner

=SENANTIASA PERERAT TALI PERSAUDARAAN & KEBERSAMAAN=

Selasa, 28 Februari 2012

Kemarau; desaku yang kutinta

Sebentar lagi kemarau. Orang2 berkumpul dan berkata,"Tak akan ada hujan."Mereka pergi ke penampungan air di rumah masing2, mengawasinya, menikmati saat2 di mana air di dalamnya menyusut perlahan-lahan lalu sama sekali hilang. Sebagian yang lain pergi ke kandang belakang rumah mengawasi hewan2 ternak yang kelaparan, menikmati suarasuara rintihan. Orang2 yang lain pergi ke ladang, lapangan, pegunungan, memastikan bahwa tak ada apa2 dalam keranjang untuk dibawa pulang.
Satusatunya yang tersisa dan menjadi milik bersama hanyalah telaga di tengah desa. Pakaianmu akan dicuci di sana. Tubuhmu juga. Keringat dan daki bercampur dengan busa sabun cuci dan keringat tetangga, amis ikan tawes dan mujahir, dan tentu saja kelaminmu akan menegang menyaksikan tubuh eksotis perempuanperempuan desa yang tengah mandi. Tapi air semakin susut dan susut. Kotor dan hilang.
Kau akan berpikir seribu kali sekedar untuk mandi dua kali dalam sehari. Masa kampanye telah habis. Kau tak bisa berharap apa2 dari orang2 itu. Hanya saja kau masih boleh berharap pada yang lain. Selalu akan ada simpati pada penderitaan.
Lima tahun lalu kalian begitu bergembira ketika pipapipa air mulai ditanamkan di tepitepi jalan, menuju rumah2 kalian. Tapi kemudian kalian sadar bahwa tak ada apa2 dari sana yang bisa diharapkan. Besibesi tua itu mati bukan diiringi do'a,tapi makian. Aku mengerti.
Dan tak berapa lama setelah itu, seseorang datang menjanjikan sesuatu yang selama ini kalian cari: air. Pipapipa besi itu akan segera mengalirkan air dari sebuah sumber air (sungai) bawah tanah di dalam sebuah goa. Kalian bergembira, mengikuti perintah (syarat)nya untuk memberikan suara kalian padanya dalam sebuah perhelatan pemilihan kepala daerah. Aku mengerti.
Akhirnya seseorang itu benar2 menjadi penguasa (suara kalian ternyata begitu perkasa). Tapi kebodohan kalian tak mampu memberikan perubahan apa2. Sampai hari ini kalian masih saja khawatir pada kemarau, pada bak2 air yang tak mampu lebih lama menjaga air, pada hewan ternak yang kelaparan, tanah2 gersang. Kebodohan dan sikap mengalah telah menjadikan seribu alasan penundaan aliran air tak lagi terbantah. Dan aku sepenuhnya mengerti, aku telah menjadi bagian dari kekonyolan ini.

"Hujan tak akan datang."

Apa yang mesti ditakutkan?




(pantat bulan entah pada tahun entah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar