Oleh : Dian R. Saputra
:desaku kudesah
Bagaimana kampung ini akan dibicarakan
jika tak ada apapun di sini menarik untuk dibicarakan? Sebagai
ibukota kelurahan, seharusnya kampung ini menjadi setidaknya kampung
percontohan bagi yang lain.
Dalam banyak kesempatan saya suka
membayangkan, sebagai permulaan, perubahan-perubahan kecil di kampung
ini yang kemudian akan memantik perubahan-perubahan lain yang lebih
besar. Semisal menjadikannya semacam desa seni. Bukan hanya karena
saya menyukai seni, tetapi apa salahnya membuatnya menjadi seperti
itu? Toh, sejauh yang saya tahu, ada banyak SDM di sini memiliki
bakat yang sebenarnya potensial untuk dikembangkan baik dalam bidang
seni musik maupun genre seni yang lain. Tentu dalam bidang olahraga
dan lainnya juga. Perpaduan dari semua aspek tersebut jika dikemas
secara baik akan mampu menghasilkan sesuatu yang istimewa. Sesuatu
yang besar.
Perubahan fisikal kampung, menurut
saya, juga penting untuk diperhatikan. Ini mengenai bagaimana
membuatnya menarik dan berbeda sehingga tidak hanya akan membuat
orang lain tertarik untuk datang berkunjung, tetapi bagi orang dalam
sendiri akan lebih nyaman dan betah tinggal di dalamnya. Dan dalam
perkembangannya nanti, tidak menutup kemungkinan untuk diatur
sedemikian rupa sehingga mampu mendatangkan pemasukan/income bagi
warga maupun bagi kampung itu sendiri. Tetapi ini tidaklah mudah.
Dibutuhkan kesamaan persepsi dari semua elemen masyarakat. Dibutuhkan
kerjasama dan konsistensi yang solid.
Di sini saya uraikan beberapa imajinasi
liar saya tentang kampung ini. Bukan hal-hal besar, tetapi darinya
saya berharap akan mampu merangsang kita semua untuk kemudian turut
berimajinasi, menelorkan ide dan gagasan kreatif demi mewujudkan
cita-cita kita bersama yaitu perubahan. Saya membayangkan, alangkah
akan indahnya andai tembok-tembok bangunan di kampung ini dipenuhi
lukisan. Selain akan terlihat artistik, juga mampu mengurangi/sedikit
mengatasi permasalahan tembok rusak, kotor, atau berlumut yang tentu
saja sangat mengganggu pandangan. Bahkan lebih ekstrim, saya
membayangkan dinding-dinding rumah semua berseragam corak yaitu
bergambar motif batik. Selain itu, dicanangkan program neonisasi,
keharusan memiliki kentongan bagi setiap rumah dan saling bersahutan
memukulnya di setiap sore atau menjelang malam. Ini juga bisa dipakai
sebagai simbol keamanan kampung. Atau,akan manis barangkali
seandainya ditanam bibit-bibit pohon palem di sekitar lapangan
sepakbola (di tepi jalan berdekatan dengan tembok pembatas lapangan),
memasang gapura Selamat Datang di setiap pintu masuk kampung,
memasang papan nama gang/jalan, memasang gapura RT, papan informasi
serta mading guna menempelkan koran harian di salah satu titik di
kampung, juga box kritik dan saran guna menampung aspirasi warga.
Selain itu dibentuk juga perpustakaan dusun, taman bermain untuk
anak-anak, pencatatan prestasi warga maupun kampung itu sendiri,
pembuatan buku berisikan sejarah kampung, dokumentasi, serta tidak
kalah penting mengadakan semacam sarasehan/sambung rasa secara rutin
yang diikuti oleh warga.
Begitulah sedikit lintasan imajinasi
yang saya tangkap kemudian olah. Pikir saya, mengembangkan potensi
yang dimiliki adalah cara tepat guna memperkenalkan diri pada dunia
luar. Menumbuhkan semangat "Bangga Menjadi Warga Karangwuni"
adalah hal mendasar yang harus kita miliki bersama.
Sekali lagi, semua itu hanyalah
imajinasi-imajinasi liar saya. Tidak harus terwujud, tetapi harus
saya utarakan. Barangkali masih akan banyak imajinasi-imajinasi yang
lain. Saya akan terus berpikir, berhayal, bahkan pada hal-hal yang
tidak masuk akal sekalipun. Sebaiknya kalian juga begitu. Selamat
berimajinasi!
03.03.12